Bulan Ramadhan, adalah bulan di mana seluruh umat muslim berpuasa sehingga konsumsi makanan juga berkurang. Sayangnya, waktu berbuka puasa menjadi momen 'pesta makanan' yang akhirnya bisa menyebabkan peningkatan sampah makanan dari tahun ke tahun. Miris ga sih? Yang seharusnya ramadhan adalah Eco Friendly tapi jadi Ego Friendly.

Bulan Ramadan identik dengan momen kebersamaan dan tradisi kuliner yang berlimpah. Tak heran, konsumsi makanan pun meningkat drastis selama bulan penuh berkah ini. Namun, di balik keceriaan Ramadan, terdapat sisi lain yang perlu diwaspadai yaitu  peningkatan timbulan sampah makanan.















Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memprediksi volume sampah makanan di beberapa wilayah Indonesia akan meningkat 30% dibandingkan hari biasa. Kenaikan jumlah sampah umumnya juga terjadi di daerah-daerah lain terutama kota-kota besar yang memiliki tren peningkatan konsumsi selama Ramadhan. Sejumlah aktivis lingkungan memperkirakan, setidaknya terjadi peningkatan sebanyak 500 ton sampah makanan khusus Ramadhan. Sama dengan Jakarta, kebanyakan sampah adalah gabungan dari makanan yang tidak habis serta kemasan makanan.

Ironisnya ketika banyak makanan yang masih layak tetapi menjadi mubazir dan terbuang saat Ramadan, harga pangan seperti beras, minyak goreng, cabai, daging sapi cenderung naik tiap memasuki bulan Ramadan menjelang Lebaran. Akibatnya sebagian orang akan kesulitan mendapatkan akses pangan yang berkualitas


















Majelis Ulama Indonesia (MUI)  juga sudah mengeluarkan fatwa nomor 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan, dan salah satu hukum dari fatwa tersebut adalah setiap muslim wajib menjaga kebersihan lingkungan, memanfaatkan barang gunaan untuk kemaslahatan serta menghindarkan diri dari berbagai penyakit serta perbuatan tabzir atau mubazir, dan ishraf atau berlebih-lebihan. Nah, fatwa udah ada dan alasanya jelas, harusnya kita bisa lebih bijak dalam hal mengelola makanan agar tidak menjadi sampah.

Selain itu, MUI juga memberikan suatu langkah nyata lainnya untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu dengan mengadakan program GRADASI (Gerakan Sedekah Sampah Indonesia). Dalam program ini masjid difungsikan sebagai pusat pembelajaran dan pengelolaan sampah berbasis umat.

Peningkatan sampah makanan ini tak hanya berakibat pada pencemaran lingkungan, tapi juga pemborosan sumber daya alam. Bayangkan, berapa banyak air, energi, sayuran dan bahan lainnya yang digunakan untuk memproduksi makanan yang terbuang sia-sia.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Berikut beberapa tips:

  1. Rencanakan menu buka puasa dan sahur. Hitung kebutuhan makanan dengan cermat agar tidak membeli berlebihan.

  2. Masak secukupnya. Hindari memasak berlebihan yang berpotensi terbuang.

  3. Manfaatkan sisa makanan. Sisa makanan bisa diolah menjadi hidangan baru atau donasikan makanan yang masih layak kepada mereka yang membutuhkan.

  4. Kompos makanan. Makanan yang sudah terlanjur tersisa dan sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi bisa diolah menjadi pupuk kompos, daun-daun kering dan kertas bisa dijadikan sebagai bahan campuran untuk membuat pupuk kompos

  5. Gunakan wadah makan yang dapat digunakan kembali. Hindari penggunaan plastik sekali pakai untuk membungkus makanan.

Dengan menerapkan tips-tips sederhana ini, kita dapat membantu mengurangi timbulan sampah makanan di bulan Ramadan. Ingatlah, Ramadan bukan hanya tentang berpuasa, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan.

Mari jadikan Ramadan tahun ini sebagai bulan yang penuh berkah, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi bumi kita.



REFERENSI

1.     https://esgnow.republika.co.id/berita/sahulo463/dimulai-dari-ramadhan-tahun-ini-jangan-lagi-ada-sampah-sisa-makanan

2.     https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/fenomena-di-bulan-ramadhan-dan-bagaimana-mencegahnya/

3.     https://www.nu.or.id/nasional/sampah-naik-20-persen-saat-ramadhan-ini-tips-untuk-menguranginya-O9rB0

4.     https://tropis.co/2023/04/10/di-bulan-romadhon-ada-indikasi-timbulan-sampah-meningkat/

Bulan Ramadhan, adalah bulan di mana seluruh umat muslim berpuasa sehingga konsumsi makanan juga berkurang. Sayangnya, waktu berbuka puasa menjadi momen 'pesta makanan' yang akhirnya bisa menyebabkan peningkatan sampah makanan dari tahun ke tahun. Miris ga sih? Yang seharusnya ramadhan adalah Eco Friendly tapi jadi Ego Friendly.

Bulan Ramadan identik dengan momen kebersamaan dan tradisi kuliner yang berlimpah. Tak heran, konsumsi makanan pun meningkat drastis selama bulan penuh berkah ini. Namun, di balik keceriaan Ramadan, terdapat sisi lain yang perlu diwaspadai yaitu  peningkatan timbulan sampah makanan.















Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memprediksi volume sampah makanan di beberapa wilayah Indonesia akan meningkat 30% dibandingkan hari biasa. Kenaikan jumlah sampah umumnya juga terjadi di daerah-daerah lain terutama kota-kota besar yang memiliki tren peningkatan konsumsi selama Ramadhan. Sejumlah aktivis lingkungan memperkirakan, setidaknya terjadi peningkatan sebanyak 500 ton sampah makanan khusus Ramadhan. Sama dengan Jakarta, kebanyakan sampah adalah gabungan dari makanan yang tidak habis serta kemasan makanan.

Ironisnya ketika banyak makanan yang masih layak tetapi menjadi mubazir dan terbuang saat Ramadan, harga pangan seperti beras, minyak goreng, cabai, daging sapi cenderung naik tiap memasuki bulan Ramadan menjelang Lebaran. Akibatnya sebagian orang akan kesulitan mendapatkan akses pangan yang berkualitas


















Majelis Ulama Indonesia (MUI)  juga sudah mengeluarkan fatwa nomor 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan, dan salah satu hukum dari fatwa tersebut adalah setiap muslim wajib menjaga kebersihan lingkungan, memanfaatkan barang gunaan untuk kemaslahatan serta menghindarkan diri dari berbagai penyakit serta perbuatan tabzir atau mubazir, dan ishraf atau berlebih-lebihan. Nah, fatwa udah ada dan alasanya jelas, harusnya kita bisa lebih bijak dalam hal mengelola makanan agar tidak menjadi sampah.

Selain itu, MUI juga memberikan suatu langkah nyata lainnya untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu dengan mengadakan program GRADASI (Gerakan Sedekah Sampah Indonesia). Dalam program ini masjid difungsikan sebagai pusat pembelajaran dan pengelolaan sampah berbasis umat.

Peningkatan sampah makanan ini tak hanya berakibat pada pencemaran lingkungan, tapi juga pemborosan sumber daya alam. Bayangkan, berapa banyak air, energi, sayuran dan bahan lainnya yang digunakan untuk memproduksi makanan yang terbuang sia-sia.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Berikut beberapa tips:

  1. Rencanakan menu buka puasa dan sahur. Hitung kebutuhan makanan dengan cermat agar tidak membeli berlebihan.

  2. Masak secukupnya. Hindari memasak berlebihan yang berpotensi terbuang.

  3. Manfaatkan sisa makanan. Sisa makanan bisa diolah menjadi hidangan baru atau donasikan makanan yang masih layak kepada mereka yang membutuhkan.

  4. Kompos makanan. Makanan yang sudah terlanjur tersisa dan sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi bisa diolah menjadi pupuk kompos, daun-daun kering dan kertas bisa dijadikan sebagai bahan campuran untuk membuat pupuk kompos

  5. Gunakan wadah makan yang dapat digunakan kembali. Hindari penggunaan plastik sekali pakai untuk membungkus makanan.

Dengan menerapkan tips-tips sederhana ini, kita dapat membantu mengurangi timbulan sampah makanan di bulan Ramadan. Ingatlah, Ramadan bukan hanya tentang berpuasa, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan.

Mari jadikan Ramadan tahun ini sebagai bulan yang penuh berkah, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi bumi kita.



REFERENSI

1.     https://esgnow.republika.co.id/berita/sahulo463/dimulai-dari-ramadhan-tahun-ini-jangan-lagi-ada-sampah-sisa-makanan

2.     https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/fenomena-di-bulan-ramadhan-dan-bagaimana-mencegahnya/

3.     https://www.nu.or.id/nasional/sampah-naik-20-persen-saat-ramadhan-ini-tips-untuk-menguranginya-O9rB0

4.     https://tropis.co/2023/04/10/di-bulan-romadhon-ada-indikasi-timbulan-sampah-meningkat/

Ramadhan Minim Sampah

Puasa Sehat Bumi Selamat

Ramadhan Minim Sampah

Puasa Sehat Bumi Selamat

04 APRIL 2024

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

ANY QUESTION ?

Contact us

Enviromental Engineering